Transportasi Indonesia | PT Pertamina (Persero) semakin serius mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi nasional dan mendukung industri penerbangan yang lebih ramah lingkungan.
Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A Salyadi Saputra menjelaskan bahwa Pertamina telah menyiapkan strategi matang yang mencakup penguatan teknologi, pendanaan, serta dukungan kebijakan pemerintah. Hal tersebut ia ungkapkan dalam keterangan resmi, dikutip pada Kamis (19/08/2024).
"Pertamina sudah siap dengan SAF. Dari sisi Pertamina Patra Niaga sudah memiliki lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU) agar dapat menjadi suplier ataun menjual SAF. Upaya lainnya adalah Pertamina terus berproses dan upgrading dari sisi kilang agar kedepan menjadi green refinery supaya dapat optimal memproduksi SAF. Harapannya semua didukung oleh elemen masyarakat baik Indonesia maupun internasional. Karena adanya kesadaran dari semua pihak bisa menjadikan ini kepentingan masa depan sehingga semua berjalan saling menguntungkan," ungkapnya.
Salyadi menegaskan, Pertamina tidak hanya berperan sebagai Badan Usaha Milik Negara yang mendukung ketahanan energi, tetapi juga sebagai entitas bisnis yang fokus pada pengembangan bahan bakar ramah lingkungan demi kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan.
"Pertamina telah memiliki bahan Biofuel seperti B35 yang sekarang sangat sukses diterapkan di Indonesia dan mungkin berikutnya akan meningkat menjadi B40 atau B50. Dari sisi SAF memiliki keunggulan bahwa pasar Pertamina tidak hanya dalam negeri, namun dapat merambah ke pasar global, dan kita yakin punya keunggulan kompetitif karena Indonesia mempunyai begitu banyak potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan," jelasnya.
Lebih lanjut, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan juga menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan SAF, terutama dengan kolaborasi antara Pertamina dan perusahaan global seperti Airbus.
"Saya yakin satu negara tidak bisa melakukannya sendiri. Makanya Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Pertamina perusahaan milik negara yang cukup bagus. Kami ingin melihat keterlibatan Pertamina, tapi itu saja tidak cukup. Oleh karena itu kami juga mengundang beberapa negara lain juga seperti organisasi transportasi udara dan perusahaan global seperti Airbus," katanya.