Biodiesel atau Biosolar? Ini Perbedaan, Kelebihan, dan Kekurangannya

Rabu, 30 Oktober 2024 | 13:44:21 WIB
Biosolar dan Biodiesel. (Dok: @innovacommunity)

Transportasi Indonesia | Dalam usaha mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, biodiesel dan biosolar semakin menonjol sebagai pilihan energi alternatif di Indonesia. Meski kadang dianggap serupa, kedua bahan bakar ini sebenarnya memiliki perbedaan mendasar dalam komposisi, metode produksi, dan aplikasi penggunaannya. Artikel ini akan membahas biodiesel dan biosolar serta peran masing-masing dalam transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan.

Mengenal Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar berbasis nabati, yang biasanya dibuat dari minyak kelapa sawit, minyak kedelai, atau minyak jarak. Energi terbarukan ini diproduksi melalui transesterifikasi, proses yang mengubah minyak nabati menjadi metil ester asam lemak (FAME). Biodiesel murni sering disebut B100, artinya 100% terbuat dari bahan nabati tanpa campuran bahan bakar fosil.

Campuran biodiesel biasanya ditandai dengan kode Bxx, di mana "xx" menunjukkan persentase biodiesel dalam campuran. Sebagai contoh, B20 berarti 20% biodiesel dan 80% solar, sementara B30 berarti 30% biodiesel dan 70% solar.

Apa Itu Biosolar? Di Indonesia, biosolar adalah istilah untuk bahan bakar yang merupakan campuran solar dengan biodiesel. Campuran ini dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan solar murni. Salah satu campuran yang umum digunakan saat ini adalah B30, yang mengandung 30% biodiesel dan 70% solar.

Pemerintah mendukung penggunaan biosolar, terutama B30, untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Campuran B30 ini kompatibel dengan sebagian besar mesin kendaraan di Indonesia tanpa perlu modifikasi besar.

Perbedaan Biodiesel dan Biosolar Berikut adalah perbedaan utama antara biodiesel dan biosolar:

Komposisi
Biodiesel adalah 100% bahan bakar nabati, misalnya B100 atau B80.
Biosolar adalah campuran biodiesel dan solar, biasanya dengan kandungan biodiesel 20-30% seperti pada B20 atau B30.

Proses Produksi
Biodiesel diproduksi melalui proses transesterifikasi yang menghasilkan biodiesel murni dari minyak nabati.
Biosolar adalah hasil pencampuran biodiesel dengan solar, sehingga proses produksinya melibatkan pencampuran bahan setelah biodiesel dihasilkan.

Penggunaan pada Kendaraan
Biodiesel murni (B100) cocok untuk mesin yang dirancang khusus atau dimodifikasi untuk biodiesel.
Biosolar (B20 atau B30) bisa digunakan pada kendaraan diesel konvensional tanpa memerlukan modifikasi besar.

Dampak Lingkungan
Biodiesel murni menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah daripada biosolar karena tidak mengandung solar.
Biosolar juga ramah lingkungan dibandingkan solar murni, namun masih menghasilkan emisi karena mengandung bahan bakar fosil, meski dalam kadar yang lebih rendah.

Biaya Produksi dan Harga
Biodiesel murni relatif lebih mahal karena proses produksinya yang kompleks dan bahan bakunya yang berfluktuasi.
Biosolar lebih terjangkau karena mengandung sebagian besar solar, sehingga biaya produksinya lebih rendah.

Manfaat dan Tantangan Biodiesel dan Biosolar

Manfaat Biodiesel
Biodiesel membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, memiliki emisi karbon yang lebih rendah, dan terbuat dari sumber terbarukan.

Tantangan Biodiesel
Penggunaan biodiesel membutuhkan mesin yang sesuai dan harganya lebih tinggi dibandingkan solar murni.

Manfaat Biosolar
Biosolar menggabungkan kelebihan biodiesel dan solar, sehingga lebih ramah lingkungan dan cocok untuk kendaraan konvensional.

Tantangan Biosolar
Masih menghasilkan emisi karbon dan menghadapi tantangan distribusi, terutama di daerah terpencil.

Prospek Biodiesel dan Biosolar di Indonesia Pemerintah terus mendorong penggunaan biosolar melalui kebijakan B30, dengan target mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Bahkan, ada rencana untuk meningkatkan kadar biodiesel dalam biosolar hingga B40 atau B50. Biodiesel murni juga memiliki peluang untuk sektor industri tertentu yang membutuhkan bahan bakar lebih bersih.

Biodiesel dan biosolar memiliki peran penting dalam mendukung transisi Indonesia menuju energi bersih. Keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam hal komposisi, proses produksi, aplikasi, dan dampak lingkungan. Biodiesel murni lebih ramah lingkungan namun terbatas pada mesin khusus, sementara biosolar menjadi solusi praktis untuk kendaraan diesel konvensional. Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa memilih bahan bakar yang tepat serta berkontribusi pada ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan nasional.

Tags

Terkini