Melalui program santunan dan pemberdayaan, Jasa Raharja tidak hanya membantu keluarga korban menghadapi dampak ekonomi jangka pendek, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk membangun kembali masa depan yang lebih baik. Langkah-langkah ini menjadi bagian penting dari upaya menciptakan jaringan perlindungan sosial yang berkelanjutan di Indonesia.
Transportasi.co | Pihak PT Jasa Raharja (Persero) atau Jasa Raharja menyatakan bahwa penerima santunan korban kecelakaan lalu lintas sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Direktur Operasional Jasa Raharja, Dewi Aryani Suzana, menyatakan, hal ini berdasarkan informasi dari data realisasi santunan yang menunjukkan bahwa 51,29% korban kecelakaan tidak memiliki penghasilan tetap.
Selanjutnya, Dewi menjelaskan bahwa dari korban yang memiliki penghasilan, sebanyak 12,71% hanya berpendapatan kurang dari Rp1 juta per bulan, sementara 21,58% berada pada rentang Rp1 juta hingga Rp2,5 juta per bulan. Hal yang sama juga berlaku bagi ahli waris korban, sebanyak 45,05% tidak memiliki penghasilan tetap, dan 16,59% hidup dengan pendapatan di bawah Rp1 juta per bulan.
Santunan sebagai Dukungan Utama
Sebagai BUMN yang memberikan perlindungan dasar kepada masyarakat, Jasa Raharja berkomitmen membantu meringankan beban korban kecelakaan. Dewi menekankan bahwa meskipun santunan tidak dapat menggantikan nyawa, keberadaannya menjadi bentuk nyata kehadiran negara. Terlebih lagi, santunan tersebut sangat dirasakan manfaatnya, terutama oleh kalangan menengah ke bawah.
Bagi ahli waris, santunan menjadi penopang utama dalam masa sulit. Menurut data, sebanyak 52% dari santunan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti pangan dan kebutuhan rumah tangga. Sebanyak 23% digunakan untuk biaya pendidikan anak, memastikan keberlanjutan pendidikan meskipun kehilangan tulang punggung keluarga. Selain itu, 16% digunakan untuk biaya pemakaman atau acara keagamaan, dan 7% untuk membuka usaha kecil.
Meminimalkan Dampak Ekonomi Pasca-Kecelakaan
Transisi dari dukungan jangka pendek ke jangka panjang juga menjadi perhatian Jasa Raharja. Dalam banyak kasus, kecelakaan lalu lintas memengaruhi stabilitas ekonomi keluarga secara signifikan. Sebanyak 62,5% keluarga yang kehilangan tulang punggung keluarga akibat kecelakaan berisiko jatuh ke jurang kemiskinan. Selain itu, 20% keluarga dengan korban luka berat atau cacat permanen menghadapi risiko serupa.
“Dukungan finansial Jasa Raharja memiliki nilai lebih besar dari sekadar uang; ini adalah upaya nyata untuk menjaga agar ekonomi keluarga korban tidak semakin terpuruk,” jelas Dewi.
Program Berkelanjutan untuk Pemulihan Ekonomi
Lebih jauh, Dewi menyampaikan pentingnya solusi jangka panjang untuk membantu keluarga korban kembali mandiri secara ekonomi. Untuk itu, Jasa Raharja menjalankan berbagai program pemberdayaan, seperti pelatihan kewirausahaan dan pendampingan usaha. Melalui program ini, korban dan ahli waris korban diberikan kesempatan untuk mengakses bantuan modal usaha dan dukungan manajemen, dengan harapan dapat menciptakan kemandirian ekonomi.
“Bagi sebagian penerima, santunan yang diberikan Jasa Raharja lebih dari sekadar uang. Ini adalah harapan untuk bertahan dan bangkit dari keterpurukan,” tutup Dewi. (*)