Transportasi.co | Pemerintah terus mendorong konsumsi energi bersih untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat sehari-hari, salah satunya dengan meningkatkan penggunaan kendaraan bermotor listrik.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, mengungkapkan bahwa kendaraan listrik dapat mengurangi polusi udara, konsumsi bahan bakar fosil, dan impor bahan bakar minyak (BBM).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik. Mulai dari pemberian insentif, penambahan infrastruktur stasiun pengisian, program konversi, mendorong produksi kendaraan listrik dan baterai dalam negeri, hingga penerapan regulasi yang mendukung. Meskipun demikian, angka pertumbuhan kendaraan listrik masih kurang signifikan. DEN memproyeksikan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) akan tetap digunakan hingga tiga dekade ke depan.
Menurut Djoko Siswanto, selama harga BBM dan sumber energi fosil lainnya masih murah, energi baru terbarukan (EBT) masih menjadi alternatif. "Batu bara, misalnya, harganya murah. Selama kendaraan BBM lebih murah dari segi harga dan operasional dibandingkan kendaraan listrik, masyarakat akan enggan beralih. Ke depan, EBT harus menjadi prioritas,” ujar Pria yang akrab disapa Djoksis ini.
Jika pemakaian kendaraan listrik meningkat, impor BBM pun akan terus berkurang dari tahun ke tahun. Pada 2025, impor BBM bisa ditekan hingga 37.000 barel per hari (bph). Selain itu, beralihnya masyarakat ke kendaraan listrik akan mengurangi subsidi pada BBM, sehingga menghemat miliaran devisa. Berdasarkan Grand Strategi Energi hingga 2030, jika terdapat 13 juta motor listrik dan 2 juta mobil listrik beroperasi pada 2030, maka akan menghemat devisa yang signifikan.
Pemerintah juga menekankan pentingnya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam program percepatan kendaraan listrik. Contohnya, kendaraan listrik roda 4 dengan TKDN minimum 35% pada 2021, TKDN minimum 40% pada 2023, dan TKDN minimum 80% pada 2030.
Selain itu, pemerintah terus mendorong pengembangan industri baterai. Baterai merupakan komponen terbesar dalam kendaraan listrik. Artinya, jika industri dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan baterai, maka harga jual kendaraan listrik bisa ditekan.
Djoko Siswanto menegaskan bahwa langkah jitu untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik adalah dengan menghentikan penjualan kendaraan konvensional atau BBM, namun langkah ini membutuhkan kemauan politik yang kuat.
"Cara jitu agar kendaraan listrik bisa masif digunakan adalah dengan menghentikan penjualan kendaraan BBM. Langkah ini butuh political will," tegasnya dikutip Listrik Indonesia.
Djoko Siswanto optimis bahwa kendaraan listrik akan menjadi tren di masa depan dengan berbagai keunggulan yang ditawarkannya.