Transportasi Indonesia | Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi mengungkapkan bahwa program mandatori biodiesel B40 dapat menghemat devisa hingga ratusan triliun. Hal tersebut ia ungkapkan melalui keterangan pers beberapa waktu yang lalu, dikutip pada Senin (06/01/2025).
"Penghematan devisa untuk B40 sebesar Rp147,5 triliun,” ungkapnya.
Selain itu B40, B35 juga berpotensi menghemat Rp122 Triliun.
sedangkan untuk B35 dapat menghemat Rp122,98 triliun," tambahnya.
Namun, program B40 tidak hanya soal efisiensi finansial. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menambahkan bahwa transformasi minyak kelapa sawit mentah (CPO) menjadi biodiesel dalam program ini mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi nasional hingga Rp20,9 triliun.
"Penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 1,95 juta orang di sektor on-farm dan lebih dari 14.000 orang di sektor off-farm," katanya.
Biodiesel B40 juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya program ini, emisi gas rumah kaca (GRK) diproyeksikan berkurang hingga 41,46 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) setiap tahunnya. Hal ini mendukung target pemerintah untuk mencapai net zero emission pada 2060.
Langkah ini, menurut Bahlil, sejalan dengan agenda Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto terkait ketahanan dan swasembada energi, serta target pemerintah mencapai net zero emission di tahun 2060. Pemerintah bahkan menyiapkan rencana peningkatan lebih lanjut ke B50 pada 2026.
"Kalau ini berjalan baik, atas arahan Presiden Prabowo, kita akan mendorong implementasi B50 pada 2026 dan kalau ini kita lakukan, maka impor kita terhadap solar, Insya Allah dipastikan sudah tidak ada lagi di tahun 2026. Jadi program (mandatori biodiesel) ini bagian daripada perintah Presiden tentang ketahanan energi dan mengurangi impor," imbuh Bahlil.