Transportasi Indonesia | Mantan Wakil Menteri ESDM Periode 2016-2019, Arcandra Tahar mengungkapkan ketergantungan dunia terhadap energi fosil diperkirakan akan terus meningkat meskipun kampanye penggunaan energi bersih terus digaungkan. Misalnya, penggunaan electric vehicle (EV) diperkirakan hanya akan mengurangi konsumsi minyak bumi sekitar 6 juta barel per hari. Hal tersebut dalam acara Q Sight "Outlook Energi 2025 dan Kemandirian Energi Indonesia", dikutip dari Majalah Listrik Indonesia, Edisi 102 pada Kamis (02/01/2025).
Hingga saat ini, perusahaan-perusahaan minyak dunia tetap melanjutkan eksplorasi untuk menambah cadangan minyak mereka. Contohnya, reserve replacement ratio (RRR) Shell tahun 2022 mencapai 120%, yang berarti penemuan cadangan pengganti 20% lebih banyak dibandingkan minyak yang diproduksi.
Negara-negara besar seperti China, India, dan Jepang masih akan terus mengkonsumsi batu bara sebagai sumber utama energi mereka. China mengonsumsi lebih dari 4.200 juta ton batu bara per tahun, India sekitar 1.200 juta ton, dan Jepang mencapai 175 juta ton per tahun. Meskipun ada upaya untuk membangun energi baru terbarukan, batu bara tetap menjadi sumber energi dominan karena efisiensinya.
Produksi dan Ekspor Batu Bara Indonesia
Di Indonesia, konsumsi batu bara domestik sekitar 140 juta - 150 juta ton per tahun. Produksi batu bara Indonesia lebih banyak diekspor ke berbagai negara pengguna PLTU terbesar di dunia seperti China, India, dan Vietnam. Indonesia merupakan eksportir batu bara terbesar di dunia, mengalahkan ekspor batu bara Australia.
Dengan populasi mencapai 280 juta penduduk, kebutuhan energi Indonesia ke depan akan terus meningkat. Pemenuhan energi domestik masih banyak mengandalkan impor, terutama minyak bumi dengan konsumsi 1,4 juta barel per hari. Indonesia melakukan impor crude oil dan BBM sekitar 1 juta barel per hari karena produksi dalam negeri yang terus menurun.
Prediksi Harga Minyak di Masa Depan
Harga minyak di masa depan diperkirakan akan banyak dipengaruhi oleh biaya produksi dan kepentingan bisnis dari produsen utama minyak bumi, yaitu Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, dan Rusia. Arcandra memperkirakan harga minyak akan berkisar antara USD 70 - USD 90 per barel. Di AS, biaya produksi minyak sekitar USD 50 per barel, sehingga harga akan dijaga di atas USD 70 per barel namun tidak melebihi USD 100 per barel untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Arab Saudi, dengan biaya produksi sekitar USD 10 - USD 20 per barel, memiliki kepentingan untuk menjual minyak dengan harga setinggi-tingginya karena subsidi yang diberikan untuk harga minyak di dalam negeri. Namun, kepentingan ini harus berkompromi dengan kebijakan AS yang menjaga harga minyak dunia tetap terkendali.